Mengapa Cimahi?
Mengapa Cimahi? Apakah Cimahi bisa sukses dalam menjadi Cyber City?
Tentu saja tidak ada hal yang pasti dalam ini semua. Hanya, saya melihat ada beberapa hal yang membuat Cimahi bisa meraih kesuksesan dalam menjadi bagian dari konsep BHTV.
Yang pertama. Suka atau tidak suka, Cimahi merupakan salah satu kota yang berada di pinggir jalan tol yang menghubungkan Jakarta dan Bandung. Dalam konsep BHTV, jalur dari Bandung sampai ke Jakarta (dan terus sampai ke Merak) merupakan koridor utama. Kota-kota atau daerah yang dilalui oleh jalur itu akan dapat memberikan kontribusi kepada BHTV. Ini mirip dengan situasi di Silicon Valley, dimana jalur yang menghubungkan San Francisco ke San Jose melalui berbagai kota (suburbs) yang masing-masing memiliki peran sendiri-sendiri di Silicon Valley. Mungkin Cimahi bisa menjadi Mauntain View, MenloPark, atau sejenisnya. (Lebih detailnya harus digali lagi nilai tambah dari Cimahi.) Jadi, secara natural Cimahi sudah menjadi bagian dari BHTV.
Yang kedua. Peranan Pemerintah (dan legislatif), dalam hal ini Pemkot Cimahi dan DPRD setempat sangat menentukan. Jika Pemerintah memberikan lingkungan yang kondusif bagi pelaku bisnis, makan bisnis akan tumbuh (dan meningkatkan kesejahteraan penduduk Cimahi). Dalam kasus ini, Pemkot Cimahi terlihat sangat agresif dalam merangkul konsep teknologi. Ini sebuah sisi positif. Mudah-mudahan sikap ini bisa dipertahankan secara konsisten dan diarahkan untuk memberi kemudahan-kemudahan pada pelaku bisnis. Leadership dari Cimahi sudah bagus. Ini yang membedakan dia dengan Pemda / Pemkot / Pimpinan Daerah lainnya.
Yang ketiga. Cimahi sudah merupakan kota industri. Sayangnya, industrinya adalah sunset industry; yaitu tekstil. Industri ini mendapat tekanan dari Cina. Banyak perusahaan tekstil yang sudah dan akan tutup di Cimahi. Ada beberapa cara menanggapi situasi ini. Cara yang positif adalah mencari peluang dan inovasi dengan tetap berada di industri tekstil ini. (Bukan tidak bisa, namun nampaknya ini akan sukar.) Cara lain adalah melakukan diversifikasi. Yang utama, investasi tetap ada di kota Cimahi. Salah satu yang diusulkan adalah terjun ke industri masa depan, yaitu crative economy dimana IT merupakan salah satu pendukung (enabler) dan bahkan menjadi komponen utamanya. Ini yang perlu mendapat kajian. (Creative economy akan kita bahas pada tulisan yang lain.)
Masih ada beberapa hal lain yang membuat Cimahi bisa sukses dalam mewujudkan Cyber City-nya. Langkah pertama, mari kita siapkan infrastruktur IT yang baik di Cimahi. Kita targetkan bahwa pada 1 Januari 2006 (atau paling lambat April 2006), kota Cimahi bisa memberikan akses Internet (intranet Cimahi) gratis bagi warganya.
Tentu saja tidak ada hal yang pasti dalam ini semua. Hanya, saya melihat ada beberapa hal yang membuat Cimahi bisa meraih kesuksesan dalam menjadi bagian dari konsep BHTV.
Yang pertama. Suka atau tidak suka, Cimahi merupakan salah satu kota yang berada di pinggir jalan tol yang menghubungkan Jakarta dan Bandung. Dalam konsep BHTV, jalur dari Bandung sampai ke Jakarta (dan terus sampai ke Merak) merupakan koridor utama. Kota-kota atau daerah yang dilalui oleh jalur itu akan dapat memberikan kontribusi kepada BHTV. Ini mirip dengan situasi di Silicon Valley, dimana jalur yang menghubungkan San Francisco ke San Jose melalui berbagai kota (suburbs) yang masing-masing memiliki peran sendiri-sendiri di Silicon Valley. Mungkin Cimahi bisa menjadi Mauntain View, MenloPark, atau sejenisnya. (Lebih detailnya harus digali lagi nilai tambah dari Cimahi.) Jadi, secara natural Cimahi sudah menjadi bagian dari BHTV.
Yang kedua. Peranan Pemerintah (dan legislatif), dalam hal ini Pemkot Cimahi dan DPRD setempat sangat menentukan. Jika Pemerintah memberikan lingkungan yang kondusif bagi pelaku bisnis, makan bisnis akan tumbuh (dan meningkatkan kesejahteraan penduduk Cimahi). Dalam kasus ini, Pemkot Cimahi terlihat sangat agresif dalam merangkul konsep teknologi. Ini sebuah sisi positif. Mudah-mudahan sikap ini bisa dipertahankan secara konsisten dan diarahkan untuk memberi kemudahan-kemudahan pada pelaku bisnis. Leadership dari Cimahi sudah bagus. Ini yang membedakan dia dengan Pemda / Pemkot / Pimpinan Daerah lainnya.
Yang ketiga. Cimahi sudah merupakan kota industri. Sayangnya, industrinya adalah sunset industry; yaitu tekstil. Industri ini mendapat tekanan dari Cina. Banyak perusahaan tekstil yang sudah dan akan tutup di Cimahi. Ada beberapa cara menanggapi situasi ini. Cara yang positif adalah mencari peluang dan inovasi dengan tetap berada di industri tekstil ini. (Bukan tidak bisa, namun nampaknya ini akan sukar.) Cara lain adalah melakukan diversifikasi. Yang utama, investasi tetap ada di kota Cimahi. Salah satu yang diusulkan adalah terjun ke industri masa depan, yaitu crative economy dimana IT merupakan salah satu pendukung (enabler) dan bahkan menjadi komponen utamanya. Ini yang perlu mendapat kajian. (Creative economy akan kita bahas pada tulisan yang lain.)
Masih ada beberapa hal lain yang membuat Cimahi bisa sukses dalam mewujudkan Cyber City-nya. Langkah pertama, mari kita siapkan infrastruktur IT yang baik di Cimahi. Kita targetkan bahwa pada 1 Januari 2006 (atau paling lambat April 2006), kota Cimahi bisa memberikan akses Internet (intranet Cimahi) gratis bagi warganya.
posted by Budi Rahardjo | 3:01 PM
|
7 comments
